Kebangkitan Politik dan Ekonomi Asia-Afrika

Posted: April 28, 2015 in Politik
Tags:

Solopos, 18-4-2015.jpegKebangkitan Politik dan Ekonomi Asia-Afrika

Oleh: Ahmad Syaifuddin Zuhri

Harian Solopos dan Bisnis Indonesia (JIBI Networks), 18 April 2015

Pada tanggal 19-24 April 2015 ini, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Commemorative Summit Asia-Afrika ke-60. KAA 2015 ini mengangkat tema “Strenghtening South-South Cooperation to Promote  World Peace and Prosperity” .

Bertempat di Jakarta dan Bandung. Sebanyak 109 negara Asia dan Afrika, 16 negara pengamat dan 25 organisasi internasional diundang untuk berpartisipasi dalam acara ini.

Forum ini bertujuan untuk menjembatani negara-negara Asia dan Afrika dalam mengejar kemitraan yang lebih kuat dan sarana berbagi pengalaman dalam meningkatkan pembangunan ekonomi kedua kawasan. Juga menjadi kesempatan untuk membahas solusi dan cara mengatasi tantangan bersama melalui penguatan kerja sama Selatan-Selatan.

Tiga kegiatan utama, yaitu Senior Official Meeting, Ministerial Meeting, dan Leaders Meeting, akan dilaksanakan di Jakarta pada 19-23 April 2015. Sedangkan satu kegiatan utama, yaitu Bandung Historical Walk, dijadwalkan pada 24 April 2015 di Kota Bandung.

Peringatan KAA 2015 kali ini juga merupakan momentum 10 Tahun New Asian African Strategic Partnership (NAASP) yang digagas saat Peringatan 50 Tahun KAA pada tahun 2005. Dalam peringatan tahun ini, ada tiga dokumen penting yang akan dihasilkan, salah satunya Declaration of Reinvigarating the New Asian-African Strategic Partnership. Dua dokumen lainnya adalah Bandung Message dan Declaration on Palestine.

Selain itu, di sela-sela kegiatan utama di Jakarta, pada 21-22 April 2015, juga akan dilangsungkan Asia Africa Business Summit (AABS) 2015 yang bertujuan untuk semakin meningkatkan kerja sama ekonomi antara negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. AABS 2015 akan fokus pada empat isu, yakni infrastruktur, perdagangan, agribisnis, dan kemaritiman. Pertemuan yang akan dihadiri sekitar 400 pengusaha dari Asia dan Afrika ini diarahkan untuk pembentukan Asia Africa Business Council (AABC), yang kemudian akan menjadi pertemuan bisnis rutin tahunan di antara negara-negara Asia-Afrika.

Dalam catatan sejarah, KAA 1955 atau juga dikenal dengan Konferensi Bandung 1955. Membawa dampak yang sangat signifikan bagi hubungan negara-negara Barat dan juga negara-negara baru merdeka di belahan bumi Selatan dalam tatanan hubungan internasional pada saat itu.

Peran Indonesia dibawah Presiden Soekarno waktu itu sangat besar, bersama Burma (Myanmar), India, Pakistan, dan Ceylon (Sri Lanka), kelima negara ini mengajak negara-negara lain di Asia, Afrika, dan Timur Tengah untuk menciptakan etos baru hubungan antara bangsa-bangsa yang disebut “Bandung Spirit”. Para pemimpin di KAA juga mendeklarasikan “Dasasila Bandung” yang mencerminkan komitmen bangsa-bangsa untuk mempraktekkan toleransi dan kedamaian hidup satu sama lain sebagai tetangga yang baik.

Dunia waktu itu terbagi menjadi dua Blok besar yakni Blok Barat dan Blok Timur dalam era yang disebut Perang Dingin. Konferensi ini menjadi dasar berdirinya Gerakan Non-Blok, yang menjadi aktor alternatif dalam konstelasi politik, strategi, maupun keamanan internasional yang pada saat itu didominasi oleh pengaruh Amerika Serikat dan Uni Soviet.

AS yang menjadi pemimpin Blok Barat dan Uni Soviet di Blok Timur berusaha menyebar pengaruh dan dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Selain itu, Benua Asia dan Afrika masa itu juga dipengaruhi oleh berbagai bentuk kolonialisme. Beberapa negara Asia dan Afrika mengalami konflik yang muncul sebagai akibat dari kolonialisme dan politik divide et impera. Pada saat itu, PBB tidak mampu menangani permasalahan tersebut

Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 menjadi tonggak penting dalam sejarah bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Para delegasi yang berasal dari 29 negara membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengah-tengah berbagai masalah yang muncul di berbagai belahan dunia.

Konferensi itu menjadi penggerak penting dalam perubahan-perubahan besar di Asia-Afrika, sesudah selesainya Perang Dunia II. Juga menjadi pendobrak utama sehingga di Afrika terjadi dinamika politik dan perubahan besar untuk mencapai kemerdekaan.

Konferensi Bandung juga memberikan sumbangan besar kepada berbagai rakyat Afrika, karena mereka kemudian mendapat dorongan untuk mempercepat dan mengembangkan perjuangan mereka untuk merebut kemerdekaan nasional. Dan dampak positif yang mengharumkan Bangsa Indonesia, dimana sampai sekarang, nama Bandung dan Soekarno tetap sangat terkenal di Afrika.

Makna Peringatan

Penyelenggaraan Peringatan KAA ini dimaksudkan untuk menonjolkan kembali arti kepemimpinan Indonesia yang telah digagas para pendiri bangsa pada 1955. Indonesia ingin mengangkat kembali semangat Asia-Afrika pada era abad 21. Beberapa negara di Asia Afrika telah mengalami kemajuan yang pesat, beberapa negara-negara Asia Afrika telah menjadi New Emerging economy, bahkan Emerging Economy. KAA juga ingin memperlihatkan bagaimana Indonesia mengalami kemajuan yang begitu pesat dan tetap dapat memelihara leadership dalam konteks Asia-Afrika.

Menurut Menlu Retno “Jika Asia-Eropa ada ASEM, Asia-Pasifik ada APEC, Asia Timur-Amerika Latin ada FEALAC, Asia-Afrika ada KAA. Maka Asia akan menjadi the engine of growth dan Afrika adalah the continent of hope.”

Saat ini, Asia-Afrika mewakili 75% penduduk di dunia dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar USD 21 triliun atau sekitar sepertiga dari PDB dunia, berpotensi punya peran besar menjadi kekuatan ekonomi dunia. Besarnya pasar Asia-Afrika belum seimbang dengan perkembangan ukuran ekonominya saat ini walaupun beberapa anggotanya tercatat dalam 10 negara dengan PDB tertinggi seperti Tiongkok, Rusia, Jepang, India, dan Indonesia.

Momentum peringatan 60 tahun KAA ini juga bisa menjadi penanda kebangkitan politik dan ekonomi negara-negara Asia dan Afrika. Jika abad 20 dunia didominasi oleh Barat, saat ini Asia menjadi kunci pertumbuhan ekonomi dunia. Apalagi pasca krisis ekonomi di Barat yang mendera sejak tahun 2008 yang sampai sekarang belum bisa pulih sepenuhnya. Asia dan Afrika bisa dikatakan menjadi penyelamat ekonomi mereka dengan bangkitnya beberapa negara diatas.

Spirit KAA kali ini juga sebagai simbol bahwasannya kebangkitan ekonomi dua benua ini tidak sama dengan kekuatan hegemoni Barat waktu itu yang menggunakannya sebagai alat untuk mendominasi dunia. Bangkitnya Asia-Afrika membawa ekuilibrium baru pada dunia yang harmonis, saling membantu dan saling menghormati.

Peran Indonesia dengan mengusung kembali Spirit Bandung dengan konteks sekarang tentunya tidak hanya sekedar sebagai media diplomasi, tetapi juga ekonomi untuk membangun kemitraan strategis guna mengajak bersama negara -negara Asia-Afrika membangun abad baru, bangkitnya Abad Asia-Afrika.

Akan tetapi, bangkitnya Asia-Afrika juga masih melalui banyak tantangan terjal terutama konflik di kawasan Timur Tengah dan beberapa negara di Afrika, baik konflik perang saudara maupun antar negara disekitarnya yang mendera dan bahkan baru mulai. Mungkin, Jika Presiden Soekarno masih hidup dan menyaksikan, ia akan tersenyum, tapi dengan senyuman getir. Tersenyum karena bangkitnya Asia-Afrika, tetapi getir karena melihat masih cukup banyak konflik yang terjadi.

*Mahasiswa S2 Jurusan Hubungan Internasional Nanchang University, Nanchang, Tiongkok.

Comments
  1. boykolot says:

    mimpi para founding fathers belum terrealisasi hingga kini negeri ini malah dalam cengkraman neokolonialisme … hanya mental berdikari yang mampu untuk membangun dan membuat jaringan baru …

Leave a comment